Baca Juga
Ibu " Bidadari Surga yang Disegerakan "
Dari Abdullah bin Amr bin
al-Ash Radhiyallahu ‘Anhu seorang lelaki mendatangi Rasulullah
Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, “Aku
berjanji setia kepadamu wahai Rasulullah untuk berhijrah. Tetapi aku
meninggalkan orang tuaku dalam keadaan terus menangis.” Ucap lelaki itu.
Maka Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menjawab, “Pulanglah
kepada keduanya. Buatlah keduanya tertawa, sebagaimana kau telah
membuatnya menangis.”( HR. Muslim )
Ibu, adalah representasi bidadari surga yang paling terang. Hatinya adalah oase cinta kehidupan yang menyejukkan, airnya bening dan tak pernah menemui kekeringan. Kasih sayang dan pelukannya adalah hembus angin kedamaian. Jasa-jasanya takkan pernah dapat terbilang, sekalipun dengan formula-formula canggih matematika atau fisika modern.
Imam Bukhari dalam Shahih Al Adabul Mufrad No.9 meriwayatkan dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘Anhuma, bahwa suatu hari Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘Anhuma melihat seorang menggendong Ibunya untuk tawaf di Ka’bah dan ke mana saja sang Ibu menginginkan. Kemudian orang tersebut bertanya, “Wahai Abdullah bin Umar, dengan perbuatanku ini apakah aku sudah membalas jasa ibuku?”, “Belum, setetes pun engkau belum dapat membalas kebaikan kedua orang tuamu” Jawab Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘Anhuma.
Ibu, adalah representasi bidadari surga yang paling terang. Hatinya adalah oase cinta kehidupan yang menyejukkan, airnya bening dan tak pernah menemui kekeringan. Kasih sayang dan pelukannya adalah hembus angin kedamaian. Jasa-jasanya takkan pernah dapat terbilang, sekalipun dengan formula-formula canggih matematika atau fisika modern.
Imam Bukhari dalam Shahih Al Adabul Mufrad No.9 meriwayatkan dari Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘Anhuma, bahwa suatu hari Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘Anhuma melihat seorang menggendong Ibunya untuk tawaf di Ka’bah dan ke mana saja sang Ibu menginginkan. Kemudian orang tersebut bertanya, “Wahai Abdullah bin Umar, dengan perbuatanku ini apakah aku sudah membalas jasa ibuku?”, “Belum, setetes pun engkau belum dapat membalas kebaikan kedua orang tuamu” Jawab Abdullah bin Umar Radhiyallahu ‘Anhuma.
Pada kisah lain yang
diceritakan Abul Faraj Rahimahullahu. Sesungguhnya seorang laki-laki
datang kepada Umar lalu berkata, “Sesungguhnya aku mempunyai ibu yang
sudah tua renta. Dia tidak menunaikan keperluannya kecuali punggungku
yang menjadi tanggungannya. Apakah aku sudah membuatnya ridha dan bisa
berpaling darinya? Apakah aku sudah menunaikan kewajiban kepadanya?”
Umar Radhiyallahu ‘Anhu menjawab, “Belum”. “Bukankah aku telah
membawanya dengan punggungku dan aku merelakan hal itu untuknya.” tukas
lelaki itu. “Tapi, dia telah melakukannya dan dia berharap agar engkau
hidup dan tetap berada di pangkuannya. Sebaliknya, engkau melakukannya
dan berharap untuk segera berpisah dengannya,” tegas Umar Radhiyallahu
‘Anhu, sehingga membuat orang itu tak lagi sanggup mengeluarkan
kata-kata.
Sebesar apapun
pengorbanan yang kita berikan pada Ibu, se-zarah pun tak akan dapat
menggantikan pengorbanan yang diberikan ibu kepada kita. Dengan memahami
bahwa bakti dan pengorbanan kita tak akan pernah bisa membalas kebaikan
ibu, semoga bisa menyadarkan kita untuk selalu memahami dan menyelami
keinginannya.
Di dunia ini, tak akan pernah kita temukan cinta kasih seindah cinta kasih seorang Ibu. Tentang hal ini dengan apik Imam Adz Dzahabi rahimahullahu menguraikan, “Ibumu telah mengandungmu di dalam perutnya selama sembilan bulan yang serasa sembilan tahun. Dia bersusah payah ketika melahirkanmu yang hampir saja menghilangkan nyawanya. Dia telah menyusuimu dengan air susunya, dan ia hilangkan rasa kantuknya karena menjagamu. Dia bersihkan kotoranmu dengan tangan kanannya, dia utamakan dirimu atas dirinya serta atas makanannya. Dia jadikan pangkuannya sebagai ayunan bagimu. Dia telah memberikanmu semua kebaikan, dan apabila kamu sakit atau mengeluh tampak darinya kesusahan yang luar biasa dan kesedihan yang panjang. Dia keluarkan harta untuk membayar dokter yang mengobatimu, dan seandainya dipilih antara hidupmu dan kematiannya, maka ia akan meminta supaya kamu hidup dengan suara yang paling keras. Betapa banyak kebaikan ibu, sedangkan engkau balas dengan akhlaq yang tidak baik. Dia selalu mendoakanmu agar mendapat petunjuk, baik di dalam sunyi maupun ditempat terbuka. Tatkala ibumu membutuhkanmu di saat dia sudah tua renta, engkau jadikan dia sebagai barang yang tidak berharga di sisimu. Engkau kenyang dalam keadaan dia lapar. Engkau puas dalam keadaan ia haus. Engkau mendahulukan berbuat baik kepada istri dan anakmu dari pada ibumu. Engkau lupakan semua kebaikan yang pernah dia perbuat. Begitu berat rasanya bagimu memeliharanya, padahal itu urusan yang mudah…”
Di dunia ini, tak akan pernah kita temukan cinta kasih seindah cinta kasih seorang Ibu. Tentang hal ini dengan apik Imam Adz Dzahabi rahimahullahu menguraikan, “Ibumu telah mengandungmu di dalam perutnya selama sembilan bulan yang serasa sembilan tahun. Dia bersusah payah ketika melahirkanmu yang hampir saja menghilangkan nyawanya. Dia telah menyusuimu dengan air susunya, dan ia hilangkan rasa kantuknya karena menjagamu. Dia bersihkan kotoranmu dengan tangan kanannya, dia utamakan dirimu atas dirinya serta atas makanannya. Dia jadikan pangkuannya sebagai ayunan bagimu. Dia telah memberikanmu semua kebaikan, dan apabila kamu sakit atau mengeluh tampak darinya kesusahan yang luar biasa dan kesedihan yang panjang. Dia keluarkan harta untuk membayar dokter yang mengobatimu, dan seandainya dipilih antara hidupmu dan kematiannya, maka ia akan meminta supaya kamu hidup dengan suara yang paling keras. Betapa banyak kebaikan ibu, sedangkan engkau balas dengan akhlaq yang tidak baik. Dia selalu mendoakanmu agar mendapat petunjuk, baik di dalam sunyi maupun ditempat terbuka. Tatkala ibumu membutuhkanmu di saat dia sudah tua renta, engkau jadikan dia sebagai barang yang tidak berharga di sisimu. Engkau kenyang dalam keadaan dia lapar. Engkau puas dalam keadaan ia haus. Engkau mendahulukan berbuat baik kepada istri dan anakmu dari pada ibumu. Engkau lupakan semua kebaikan yang pernah dia perbuat. Begitu berat rasanya bagimu memeliharanya, padahal itu urusan yang mudah…”
Ibu, benar-benar bidadari
Surga yang Allah turunkan dengan segera. Maka, sampaikanlah kepadanya
betapa kita mencintainya, dan berterima kasihlah atas seluruh hidup yang
telah dan akan diberikannya kepada kita. Semoga Allah mengampuni
dosanya, memberkahi usianya, dan mengumpulkan kita kembali dalam
surgaNya. aamiin..
Diposting Oleh : RIFANYTOP - Admin
Judul : Ibu " Bidadari Surga yang Disegerakan "
Berisi tentang :
Dengan url http://rifanytop.blogspot.com/2013/03/ibu-bidadari-surga-yang-disegerakan.html
By : RIFANYTOP - Silahkan Di Bagikan Jika sekiranya Bermanfaat, dilarang mengcopy Postingan Ini Tanpa Mencantumkan Link Sumber.
Berisi tentang :
Dengan url http://rifanytop.blogspot.com/2013/03/ibu-bidadari-surga-yang-disegerakan.html
By : RIFANYTOP - Silahkan Di Bagikan Jika sekiranya Bermanfaat, dilarang mengcopy Postingan Ini Tanpa Mencantumkan Link Sumber.
EmoticonEmoticon